Perang Kemerdekaan
30 Juli 1949
Setelah berakhirnya pendudukan Jepang, di Daerah Tanah Gayo mulai aman dan kondisi keamanan cukup terkendali. Para serdadu Jepang sudah diberangkatkan ke luar daerah untuk dipulangkan ke negerinya.
Melihat situasi tanah Gayo itu, dari hari ke hari bertambah terkendali, dan diyakini sudah saatnya untuk membantu perjuangan keluar daerah.
Selama masa perang kemerdekaan, rakyat Gayo telah 15 kali mengirimkan gelombang mujahidin keluar daerah, untuk membantu saudara–saudaranya di Langkat, Sumatera Timur, Kota Bonjol dan sampai ke Bukit Tinggi Sumatera Barat, yang bertujuan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Keberanian para mujahiddin dari Tanah Gayo itu tercatat dalam sejarah dalam menghadapi pertempuran. Puncak pertempuran yang paling dahsyat dan tercatat dengan tinta emas dalam arsip perjuangan rakyat Indonesia adalah pertempuran yang terjadi (30 Juli 1949) di Rajamerahe – Sukaramai – Kandi bata tanah Karo atau lebih dikenal dengan pertempuran ‘Sukaramai’, di bawah koordinator Pasukan Bagura Tgk Iiyas Lebe.
Dalam pertempuran tersebut beberapa Mujahiddin gugur sebagai syuhada, di antaranya Abu Bakar Aman Dimot. Beliau syahid setelah membunuh 10 orang pasukan Belanda. Dan kabarnya beliau gugur setelah sebuah granat diledakkan di dalam mulutnya (salah seorang Mujahiddin yang diajukan Pemerintah Aceh sebagai Pahlawan Nasional).
Posting Komentar