Tahun 1983

Dalam Perang Gayo Alas Melawan Kolonialis Belanda (1983), MH Gayo menyatakan suku bangsa Gayo mempunyai kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan Aceh di pesisir. Berhubung karena pusat kerajaan (dulu) berada di Aceh dan jumlah penduduk Aceh lebih banyak, maka dapat dimengerti jika pengaruh kebudayaan Aceh lebih besar daripada sebaliknya.

Secara etnografi para ahli mengakui Suku Gayo berbeda dengan Suku Aceh. Salah satu dari kutipan literatur yang menjelaskan bahwa Gayo merupakan rumpun suku Austronesia
adalah sepertii tulisan dari Bowen berikut ini : 
 
"study of the Gayo Language suggest that the Gayo may have lived on the north coast of Aceh and not in their present homeland. Gayo is an AUSTRONESIAN language related to Malay and to the Batak Languages. It also contains a number of words from the Mon-Khmer language family of mainland Southeast Asia, words not found in Acehnese."

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama